Eits! Terlambat!
Umi sampai ke lokasi lomba sudah hampir jam 9, di bawah rinai gerimis dan cuaca yang dingin, maklumlah, Umi mengendarai motor.
Sampai tempat, langsung mencari lokasi lomba ketangkasan menyusun huruf. Celingak-celinguk mencari anak-anak yang pakai seragam sekolah Harish, nggak terlihat juga. Menelpon gurunya, jawabannya tidak terdengar, tertutup suara teriakan suporter.
Sebentar kemudian bertemu Nay dan ibunya, ha ha ha, terlambat juga, padahal Nay peserta lomba, untunglah tadi Harish diberangkatkan lebih dulu ikut rombongan sekolah, Umi nunggu motor, gantian Abi mengantarkan Hafa sekolah.
Setelah tanya sana-sini, bertemu rombongan di lokasi lomba senam.
Luar biasa anak-anak. Di usia kanak-kanaknya mereka bisa mengikuti program sekolah, wajarlah kalau ada sedikit stres, termasuk pada Harish. Mungkin bentuk stresnya berbeda-beda. Mereka dipersiapkan ikut lomba dari sebulan lalu, latihan hampir setiap hari.
Ada anak-anak yang saat latihan semangat, tapi saat harus maju ke gelanggang, mereka ngambek, tidak mau ikut.
Itu sebabnya, guru-guru dan komite sekolah mempersiapkan anggaran untuk piala bagi yang ikut lomba, menang ataupun tidak, sebagai apresiasi kegigihan, kesungguhan dan keberanian mereka. Karena lomba yang diadakan sulit sekali menilai kondisi anak yang sebenarnya. Banyak anak-anak yang mampu tapi terkendala situasi lomba yang membuat mental mengkeret, membuat mereka tidak optimal mengeluarkan potensinya. Guru di sekolah justru lebih layak menilai kemampuan mereka. Mengikut sertakan anak-anak lomba lebih dititik beratkan pada tujuan melatih keberanian anak dalam berinteraksi sosial dan kompetisi.
No comments:
Post a Comment