Monday, August 1, 2016

Jarak Waktu

Hari Kamis, beliau ke rumah, silaturahim dan ada hal yang dikonsultasikan. Seperti biasa, pembicaraan tidak melulu pada masalah inti, juga sedikit ngobrol tentang anak-anak kami yang memang seumuran.

Rupanya, itu kesempatan terakhir yang Allah berikan untuk kami bertemu.

Minggu pagi, beliau sms, melaporkan perkembangan hal yang kemarin dibicarakan. Suami membalas dengan tambahan doa untuk kesembuhannya, selalu.

Tadi pagi, Senin, Hilmy kirim pesan yang isinya pemberitahuan bahwa beliau telah wafat, tadi malam.

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un.

Selamat jalan, sahabat, semoga husnul khotimah.

Banyak pelajaran yang kau berikan kepada kami, dengan kesabaran menjalani ujian berupa gangguan kesehatan selama lebih dari sepuluh tahun. Ujian yang lebih mendekatkanmu pada-Nya dan meningkatkan katawakalan.

Banggalah istri dan anak-anakmu memiliki imam sepertimu.

Selamat jalan sahabat, Mas Joko Widodo.

Semoga kesabaran selalu menyertai Mbak Eka, Ilham dan Fia.

Friday, July 8, 2016

Mudik, Apa Yang Dicari?

Budaya mudik di hari idul fitri sepertinya hanya milik Indonesia.
Budaya yang entah kapan dan siapa yang mengawalinya dan tetap lestari hingga kini dan mungkin masih akan terus dilakukan generasi berikutnya.
Mengapa budaya ini bertahan begitu lama? Pasti ada nilai yang memang dibutuhkan sehingga mudik tetap berlangsung walupun berbagai kendala bahkan korban sering terjadi. Bahkan himbauan pemerintah maupun sebagian tokoh masyarakat untuk mengurangi budaya mudik, bagai angin lalu.
Benar juga apa yang dikatakan Umar bin Khottob,"Mengganti gubernur lebih mudah daripada mengubah rakyat."
Tujuan utama mudik adalah berkumpul dengan keluarga besar dan menjaga silaturahim. Budaya yang tentu saja sangat bernilai dan tidak perlu dihilangkan.
Yang perlu dipikirkan adalah mengurangi atau mengantisipasi hal-hal negatif yang menyertainya.
Rakyat sebagai individu harus berusaha sebisa mungkin berhati-hati dan bijak dalm bersikap, pemerintah sebaiknya meningkatkan layanan yang mendukung untuk budaya yang langka ini.
Silaturahim dan kekeluargaan adalah kekuatan super yang tidak bisa diremehkan untuk menjaga sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia.

Sunday, June 26, 2016

Provokator Keluarga Hafidz

"Alangkah hebatnya kalau setiap keluarga muslim berkomitmen untuk memiliki minimal seorang hafidz Qur'an di rumahnya, mau?"

Menjawabnya gampang, walaupun sebagia  ragu-ragu, bagaimana mewujudkannya?

Kemarin, saya dan suami diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman mengantarkan anak-anak menjadi penghafal Al-Qur'an dalam acara Sehari Bersama Al Qur'an di kabupaten Pringsewu.

"Sebenarnya banyak keluarga seperti kami bahkan lebih baik, anaknya lebih banyak yang hafal Qur'an, tapi dengan izin Allah, kami yang berkesempatan duduk di sini karena saya menulis tentang itu dan mempublikasikannya."

Saya merasakan pengaruh menulis dalam syiar! Dari tahun 1986 saya berkesempatan mengenal Islam dan hingga saat ini bergelut dalam pembelajaran, pengajaran dan pensyiarannya. Dulu, sebatas tatap muka, dan itu sangat terkait dengan keberadaan fisik, tapi dengan menulis, saya tetap bisa syiar, walau raga ada di kamar, tanpa terterpa angin.

Tak ada ruginya kita bisa menulis, asal bisa menjaga jari selayaknya menjaga lisan. Kenapa?

Sesungguhnya pikiran kita sangat liar, jika jari dan lisan tak mampu mengendalikannya, maka akan sangat berbahaya untuk diri dan orang lain.

Saturday, June 25, 2016

Sehari Bersama Al Qur'an

Masjid Nurul Ulum, Islamic Centre Lampung.

Syahrul Ramadhan disebut juga syahrul Qur'an, karena di dalamnya intensitas aktivitas interaksi dengan Al Qur'an meningkat tajam.

Sesi pagi saya mengikuti acara sehari bersama Al Qur'an yang diadakan oleh Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia Bandarlampung.

Di awali suara indah dan sejuk dari adinda Wildan bin Padami, remaja hafidz ini mampu membuat hati ini merasa tenang dan nyaman. Mendengar dan menyaksikannya, teringat Hatif 4-5 tahun lalu, sebelum keberangkatannya ke Turki, sering duduk di posisi Wildan. Uhhh! Jadi rindu.

Wildan membaca surat Al Hasyr bil ghoib (tanpa melihat mushsaf), seluruh peserta menyimak sambil memperhatikan mushaf.

Selanjutnya, Ust. M. Ramadhan Habibi Lc. Ma alhafidz, pengelola Rumah Qur'an di kota Metro membahasnya. Sayang, karena ada amanah di Pringsewu, terpaksa saya pamit duluan dan tidak sempat mendengarkan ust. Mufasil Spd. memaparkan bagaimana caranya menghafal mandiri.

Thursday, June 23, 2016

Sikecil yang Bermisi Besar

Sebagai penulis, umur saya masih balita, wajar kalau tak dianggap siapa-siapa.

Di hadapan manusia, kami bukan siapa-siapa, pejabat bukan, apalagi orang yang berharta.

Kadang rasa minder menyurutkan langkah saya untuk terus bergerak menawarkan hasil karya ini, tapi suami selalu menyemangati, bahwa kita bukan sekedar jual buku, tapi sedang dalam misi mendakwahkan Al Qur'an dengan mensosialisasikan model keluarga hafidzul qur'an yang sederhana dan sangat mungkin dicontoh oleh keluarga muslim pada umumnya.

Saat sedang lemah semangat, saya merasa kami bergerak sendiri mengemban misi ini, menuliskannya, menerbitkan dengan biaya sendiri drngan menyisihkan uang belanja yang tak seberapa. Tetapi, dalam setiap niat baik, Allah mengutus para penolong, kebaikan hati Ikhsan Aura, memberikan dukungan dengan meringankan sistem pembayaran. Memasarkannya pun dengan akal-akalan sendiri. Semua kami jalani, walau langkah tersendat-sendat.

Kenapa tidak diterbitkan skala besar oleh penerbit mayor? Rasa minder sebagai penulis pemula ditambah dengan bayangan masa tunggu dilihat oleh penerbit, dan belum tentu diterima, membuat kami memutuskan untuk menerbitkan sendiri.
Mengapa tidak bersabar mengikuti prosedur umum?

Karena saya tidak tahu masih punya umur berapa untuk menanti giliran diterbitkan mayor. Bismillah!

Alhamdulillah, terhitung dari Januari 2016, sudah terbit 700 eksmplar, tetapi angka itu masih terlalu kecil untuk sebuah misi besar!

Kami bukan pemasar ulung yang berpengalaman, bahkan menawarkan langsung saat tatap muka kepada calon pembeli pun masih maju-mundur, malu!  Akal terus berputar, mencari celah dari setiap kesempatan, berupaya satu tindakan berdampak pada meningkatnya arah pandang kepada buku saya. Terkadang terkesan mencuri kesempatan, memanfaatkn momen-momen yang mungkin diselipkan mengenalkan buku itu, walau hanya satu dua orang.

Hari ini, kesempatan itu ada, walaupun spontan. Bertepatan dengan acara khataman AlQur'an oleh para hafidz/oh yang diselenggarakan serentak di masjid-masjid terpilih sejak ba'da subuh. Acara yang direstui oleh gubernur Lampung, Bapak Ridho Ficardo disambung dengan buka bersama.

Siang hari, saya terpikir, bagaimana caranya menyampaikn buku itunke gubernur, tentu dengannharapan ada efek positipnya terhadap perjlaanan misi ini. Kami tersambung dengan acara itu karena dua anak kami  Hilmy Aziz dan Maritsa Hany Aulia serta menantu kami Aunur Rofiqoh A. ada di sana, sebagai peserta khataman.

Yes! Momen yang tepat!

Eksekusi jadi tanggung jawab suami. Alhmdulillah, berhasil!

Gambar yang diambil sangat berarti bagi kami, semoga ini bentuk dukungan umara kepada misi penting ini, seperti yang sudah dilkukannya dengan beberapa tindakan sebelumnya.

Barokallah!

Saturday, June 18, 2016

Anak Palestina

"Indonesia belum benar-benar merdeka sebelum Palestina merdeka, Indonesia belum merasa nyaman sebelum Palestina nyaman"

Kutipan di atas adalah pernyataan presiden pertama Indonesia, Sukarno, yang dicatat oleh bangsa Palestina. Hal ini disampaikan oleh Muhammad K B, pemuda Palestina yang mewakili bangsanya, saat safari Ramadhan di Bandarlampung bersama Tim KNRP, kemarin.

Begitu istimewa nama Indonesia di hati bangsa Palestina, karena perhatiannya terhadap perjuangan mereka membela Masjidil Aqsho mewakili umat dunia dalam menegakkan kalimatullah.

Bertemu dengan beliau, pemuda Palestina yang tak bisa kembali ke tanah airnya setelah keluar ke Sudan untuk kuliah kedokteran, seakan menghentak hati, bagaimana pilu hatinya menahan rindu pada keluarga yang tak dapat dijumpainya, sedang maut mengancam setiap saat. Dalam kondisi negeri yang genting, pemuda-pemuda Palestina tetap mengutamakan belajar. Bagaimana anak-anak di sana, sejak kecil diprogram hafal Al Qur'an, walau belajar dengan cahaya seadanya, mereka tetap semangat belajar. Tak ada putus asa!

Tidak bosan mendengarkan penyampaiannya, penuh semangat, walaupun untuk memahaminya butuh penterjemah. Di selingi lantunan ayat-ayat Al Qur'an yang begitu indah, maklumlah, di usianya yang ke 15, beliau sudah hafal Al Qur'an, seperti anak-anak Palestina lainnya.

Bagaimana dengan anak-anak kita? Remaja-remaja kita?

Air mata tak bisa ditahan saat menyaksikan rekaman video terbaru kondisi Palestina. Tangis haru, bangga, sedih. Bagaimana ibu-ibu di sana ditakuti Yahudi karena di balik jilbab lebarnya sering tersembunyi pisau yang dengan berani digunakan untuk menyerang Yahudi yang ditemuinya. Bagaimana anak-anak kecil di sana bersabar dan tidak berebut saat ada sedikit makanan untuk dibagi, bagaimana pemuda-pemudanya begitu berani tanpa takut mati melawan pasukan Israel yang selalu mengganggu keluarga mereka.

Air mata sedih kembali menitik di sesi akhir, ketika tak bisa ikut para peserta lain berlomba dalam sesi lelang, begitu mudahnya angka-angka itu tumpah dari bibir mereka, ratusan ribu, juta, cincin dan lainnya. Barokallahulakum, semoga yang tak bisa membantu dengan harta bisa berpartisipasi dalam bentuk lain.

Wednesday, June 15, 2016

Bedah Buku

Sebagai penulis pemula, tentu senang banget saat diundang untuk membedah buku sendiri.

Apalagi yang mengundang adik-adik aktivis masjid kampus tempat kami dulu berkiprah, jadi berasa di kandang sendiri, di tempat yang menjadi salah satu tempat yang disebut dalam buku.

Berkolaborasi dengan suami, waktu 90 menit berlalu dengan cepatnya, begirupun seperti masih ada yang belum tersampaikan, selalu begitu.

Memang, ini acara kajian rutin yang kadang dalam bentuk seminar atau lainnya. Karena temanya sesuai dengan isi buku, maka acara diseting seperti bedah buku.

Kalau biasanya acara bedah buku berkelindan dengan penjualan buku, maka acara sore ini tidak sempat jual-jualan, hanya menitipkan buku pada panitia, langsung berpamitan, anak-anak sudah menunggu untuk berbuka di rumah.

Bahagia bertambah saat menyaksikan peserta yang lumayan banyak dan terlihat antusias mengikuti acara tunggal ini, walaupun kesempatan tanya jawab kurang leluasa, terbentur waktu menjelang berbuka.

Terlepas dari masalah penjualan buku, setidaknya bertambah banyak orang yang tahu sebagian dari isi buku dan inspirasi yang ada di dalamnya. Dan ini sangat membahagiakan dan sangat patut untuk disyukuri, Alhamdulillah.


Friday, June 3, 2016

Wisuda Harish

Umi : Harish ditemenin Mbak Hafa,ya?

Harish : Dianter siapa?

Umi : Mas Hilmy, sambil ngambil kamera.

Harish : Umi?

Umi : Nanti, sama Abi. Harish, kan mau persiapan dulu sama Bu Guru dan teman-temannya.

Hari ini sibuk semua! Harish wisuda, Hafa libur, bisa menemani Harish, Husna tarhib dan pawai Ramadhan, Hany reuni dan menghadiri wisuda di Darul Hidayah dan Darul Huffadz, Hilmy &Ara jadi fotografer di wisuda Dahi, tadi malam sudah bantu masang dekor di sekolah Harish, Abi menggantikan Hilmy jadi fotografer, sekaligus memimpin doa. Umi kebagian memberi sambutan komite sekolah, ha ha ha, seperti yang punya sekolah Harish saja.
Alhamdulillah, keluarga kami seperti bagian dari sekolah anak-anak, jadi kalau ada acara, dilibatkan, minimal di undang. Kalau bisa, ya bantu-bantu sedikit.

***

Lucunya lihat aksi anak-anak, ada yang tidak tahan duduk menunggu giliran tampil, ada yang sudah di panggung, tidak mau turun, belum lagi yang tertarik pegang-pegang piala yang dijejer di meja, ada yang ke panggung minta diantar bundanya. Lha, Umi duduk di barisan depan sambil mengawasi mereka, terutama menjaga dekor Hilmy yang berbahan stereoform, ikut membujuk anak-anak yang senang nangkring di tangga panggung.

Luar biasa guru-gurunya! Semoga keberkahan menyertai kehidupannya karena keikhlasannya mendidik anak-anaknyang luar biasa ini.

Hari-hari belakangan ini memang terasa begitu sibuk, seakan semua mengejar beres urusan sebelum Ramadhan, semoga diberi kesehatan dan kekuatan, agar dapat menjalani ibadah Ramadhan dengan sukses, aamiin.

Sunday, May 29, 2016

Mereka Melakukan dengan Caranya

Luar biasa tim SYGMA!

Dengan kegigihannya, mereka telah membuktikan cinta kepada Rasulullah dengan caranya.

Alhamdulillah, hari ini mendapat tiket undangan dari salah satu membernya, untuk bisa menikmati pagelaran yang mereka persembahkan.

Rentetan peristiwa yang dilalui oleh Rasulullah Saw. dengan para sahabatnya, diceritakan dengan diperkuat aksi treatikal dan lagu-lagu yang membawa kita pada situasi cerita.

Walaupun tidak terbawa dengan sempurna, setidaknya episode-episode yang disampaikan telah mengingatkan kembali siroh yang pernah lebih dari sekali dibaca dari karya yang berbeda.

Tujuan dari semua yang mereka lakukan adalah mengajak kita untuk menunaikan amanat sebagai orang tua, mengajarkan cinta kepada Rasulullah Saw. dengan ma'rifaturrasul (mengenal Rasul) disamping amanah ma'rifatullah (mengenal Allah) kepada anak-anak kita.

Kemajuan teknologi melahirkn kreativitas manusia menghadirkan berbagi sarana, salah satunya buku-buku tentang Rasulullah Saw. yang menarik dan berkualitas yang diproduksi oleh penerbit SIGMA  Walaupun itu bukan satu-satunya sarana, tapi bagi yang mempunyai anggaran, sangat dianjurkan memilikinya.

Closing dari acara ini adalah, komitmen keluarga muslim untuk menjadi keluarga pecinta Rasulullah Saw.

Mari menjdi bagian darinya, dengan cara dan kemampuan yang ada.

Friday, May 27, 2016

Memandang Gunung

Gunung, jika dilihat dari sisi yang berbeda akan menghadirkan keindahan yang tidak sama.

Mengapa?

Karena banyak hal lain yang mengitarinya, baik di punggung atau di kakinya.

Mungkin seperti itulah saat kita memandang gunung masalah kehidupan.

Pandai-pandai mencari sudut pandang agar setiap permasalahan itu menyuguhkan keindahan yang dapat kita nikmati sebagai teman mencari solusi pemecahnnya.

Thursday, May 26, 2016

Lampung-Jogja-Lampung

7 hari lebih 5 jam!

Keluar dari rumah hari Kamis, 19 Mei 2016 dan sampai kembali Kamis, 26 Mei 2016 pukul 19.00.

Ini waktu terlama meninggalkan keluarga, pergi seorang diri.

Mengapa begitu nekad?

Banyak alasan perjalanan ini dilakukan, walaupun dalam kondisi kurang sehat saat berangkat.

1. Ini kesempatan ke empat ujian kompetensi yang selalu tertunda dengan berbagai alasan. Menunggu ujikom akupunktur di Lampung bisa dibilang bagai pungguk merindu bulan. Sudah lima tahun dari lulus kursus, kesempatan itu tidak juga datang. Bukan mudah memang menyelenggarakan ujikom, itu sebabnya peserta ujian berasal dari beberapa daerah. Waktu ujian sudah ditentukan, pendaftaran via online dan seluruh persyaratannya sudah dipenuhi. Ujian tanggal 24 Mei, sebenarnya bisa berangkat tanggal 21 atau 22, tapi mengingat kondisi badan selama ini, maka persiapannya harus dioptimalkn. Jangan sampai gagal lagi dengan sebab saat ujian, sedang sakit. Berangkat tanggal 19 karena berbarengan dengan teman, terapis juga yang mengambil ujikom herbal. Selain supaya ada teman di perjalanan dengan kondisi badan yang kurang fit, juga menyiapkan waktu istirahat dan mengulang-ulang bahan uji yang lumayan banyak, agar perjuangan ini tidak sia-sia.

2. Silaturahim ke tempat kakak yang sudah sepuluh tahun domisili di Jogja dan kebetulan Mamak sedang ada di sana karena awal bulan Juni akan berangkat umroh bersama kakak. Sowan! Kata orang Jogja.

3. Beberapa teman fb ada yang domisili di sana. Memang ada semacam niat, kemanapun pergi, diusahakan menambah saudara. Selama ini kita banyak teman di dunia maya, mungkin lebih banyak dari teman nyata yang pernah dijumpai. Ini kesempatan me-NYATA-kan teman MAYA, seperti beberapa kesempatan beprgian sebelumnya, silaturahim yang sangat dianjurkan.

Bagaimana realisasinya?

Alhamdulillah wa syukurillah, berkat doa keluarga yang khawatir melepas karena kondisi badan kurang fit dan doa saudara dan para sahabat yang dipamiti, bisa dikatakan perjalanan ini mencapai hasil sesuai yang diharap dan direncanakan.

Ujian sertifikasi lulus, silaturahim ke keluarga kakak terwujud, bertemu dan sowan mamak terlaksana, juga bertemu dengan teman fb yang sama-sama suka menulis dan ingin menebar manfaat dengan karya-karya tulis.

Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan dalam masa 5 hari di Jogja, misalnya ke tempat-tempat wisata budaya dan alam yang memang sudah termasyhur. Tapi ternyata nggak semudah itu mewujudkannya. Kakak dan istri yang keduanya anggota AURI, tentu tidak bisa meninggalkan jam kerja sekedar mengantarkan saya melancong. Ada keponakan juga padat kegiatan.

Mau jalan sendiri?

Sudah mencoba! Awalnya bawa motor mengikuti keponakan yang juga bawa motor sendiri, melihat lokasi ujian, mengenali rute. Rencananya, saat ujian tidak ingin merepotkan, bisampergi sendiri.

Apa yang terjadi?

Perjalanan dari Blok O, Janti menuju Hotel Cakra Kembang di jln. Kaliurang berhasil dilakukan, bahmn saat pulang bisa sendiri dengan rute yang berbeda saat berangkat, walau ada kesasar. Tapi nggak seru kalau jalan di tempat baru nggak ada acara kesasar, ha ha. Hmm, malam harinya badan terasa meriang, perut kembung, dll.
Sepanjang malam sibuk mempertimbangkan masalah keberangkatan. Akhirnya, dengan rasa tak enak hati, minta tolong kakak mengantarkan ke lokasi dengan mobil, nggak kuat rasanya badan kena angin kalau bawa motor sendiri.

Its oke, kakak nggak keberatan, atur strategi lagi. Kebagian kakak ipar yang bisa terlambat ke kantor, mengantarkan saya dulu, dengan wanti-wanti, pulangnya naik taksi saja, karena tidak tahu selesainya jam berapa. Alhamdulillah, bagimana pulangnya, urusan belakang, yang penting tidak terlambat sampai lokasi.

Selama ujian saya berkali-kali izin ke toilet untuk buang air kecil. Badan meriang lagi, mungkin karena ruangan ac, walaupun sudah diatur tidak terlalu dingin. Biasanya saya tidak banyak minum, tapi mengingat badan banyak mengeluarkn cairan dalam upaya mengatasi demam, maka saya harus membantunya dengan banyak minum, sampai-sampai minta tambah pada panitia.

Alhamdulillah, jam lima sore ujian selesai dengan hasil yang langsung diumumkan. Ujian tulis, wawancara dan praktek.

Huft! Seakan beban rontok dari punggung, legaaaaa!

Tujuan lain pun tercapai, sampai di kediaman kakak. Abi, Hilmy, Hany sudah pernah ke sana sendiri-sendiri, Alhamdulillah saya disambut dengan gembira. Siapa sih yang tidak senang didatangi saudara?

Sempat memijat Mamak, tapi beliau sedang tidak mau diakupunktur, pengen dipijat saja, katanya.

Beberapa teman yang di Jogja meminta maaf, karena beberapa amanah sehingga tidak bisa tatap muka. Its oke, sambutan lewat inbox, wa dan sms pun sangat saya syukuri, itu salah satu bentuk perhatian dan silaturahim, semoga diganjar balasan kebaikan oleh Allah. Setidaknya ada seorang teman dan keluarganya yang merelakan waktunya untuk silaturahim, berkunjung ke rumah kakak di mana saya menginap. Obrolan yang tidak lebih dari 2 jam itu semakin mempererat persahabatan, banyak kesamaan dalam visi misi kehidupan kami ke depan.

Benarlah kalau Allah memerintahkan kita melakukan perjalanan, agar kita bisa membaca ayat-ayat-Nya yang tersirat dari apa yang kita lihat, dengar dan pikirkan. Kalau saja mau, perjalanan seminggu itu bisa menghasilkan berlembar-lembar karya tulis dengan berbagai tema. Kalau saja...

Sunday, May 22, 2016

Laporan

"Mi, kata Husna, di keluarga ini yang paling banyak duitnya, Umi ya. Terasa banget kalau Umi nggak ada," Hany laporan pagi lewat WA.

Ha ha ha, wonten-wonten mawon!

Begini, deh kalau menejernya nggak di tempat. Hp, sms, wa, messenger suami, anak, mantu, aktif semua.

Jarak jauh, tapi semua bisa dipantau, kalau mau.

Tapi, yaaa, tetap saja kangen!

"Umi, Harish nggak mau sekolah," laporan berikutnya.

"Bilangin, kalau sehat Harish sekolah, Umi sudah beliin oleh-oleh."

Kangen tatapannya, sentuhannya, celotehnya, keisengannya.

Sabar, ya sayang.

Dumay ke Dunyat

Kadang dunia maya menimbulkan banyak persoalan, tapi tak jarang banyak memberikan manfaat.

Kalau tidak lewat dumay, apakah teman akan sebanyak seperti sekarang? Wah! Rasanya sulit terwujud.

Bagaimana caranya bisa kenal dengan orang yang tidak ada hubungan keluarga, bukan seprofesi, tinggal beda pulau?

Tapi dumay mengenalkan yang asing, mendekatkan yang jauh, mempertemukan yang terpisah.

Berawal dari kepentingannyang sama bergabung di Komunitas Bisa Menulis, kami saling kenal, saling sapa di kolom komentar, lanjut inbox, hingga menemukan banyak kesamaan dari sisi pemikiran.

Alhamdulillah, dengan izin Allah, kami dipertemukan.

Senang, haru, bahagia melingkupi pertemuan kami siang tadi. Obrolan tidak keluar dari tema yang sering kita bahas di dumay, kehidupan, kepenulisan, parenting, dll.

Syukron untuk suami Mbak Kayla Mubaro (ups! Maaf, tadi belum menanyakn namanya) beserta dua jagoan kecilnya, yang telah  mengantarkan dan membiarkan kami mengobrol.

Kenangan indah ini sayang kalau tidak diabadikan, semoga berkenan fotonya disertakan.

Saturday, May 21, 2016

Sehat Sehat Sehat

Alhamdulillah, bahagianya ketemu Mamak dalam kondisi sehat.

Salah satu agenda ke Jogja adalah menjenguk Mamak, yang sedang ada di tempat kakak. Sambil merasakan sensasi mudik yang biasanya dilakukan kakak dan keluarga, Jogja-Lampung. Biasanya, sebulan-dua bulan kangen mamak, langsung saja menyempatkan menemui mamak, Bandarlampung-Metro, satu jam perjalanan dengan motor.

Mohon dibantu doa, rencana Mamak akan berangkat umroh tanggal 4 Juni 2016. Semoga diberi kekuatan dan kesehatan, di usianya yang ke 86 tahun. Sebenarnya sudah ditawari menunaikan ibadah haji beberapa tahun lalu, tapi enggan karena sendirian. Mendadak, saat ditawari umroh, langsung mau karena bersama kakak dan istrinya.

Secara hitungan manusia, memang mengkhawatirkan. Usia sudah tak lagi muda, penglihatan banyak berkurang, pendengaran tinggal sedikit. Naik mobil ber ac, tersiksa.

"Gimana nanti di pesawat, Mak, 9 jam lho, pakai ac?"

"Kalau Allah mengizinkan berangkat, insyaallah akan diberi kekuatan," jawabnya mantap.

Hayooo, siapa yang mau membantah 😃😃😃.

Alhamdulillah, jawaban Mamak menghilangkan keraguan kami.

Bismillah! Bersama Allah, tak ada yang mustahil.

Mungkin beda antara haji dan umroh, tapi biarlah, nilai ibadah menjadi urusan Allah. Saat kita melaksanakannya dengan kesungguhan dan tawakal, ibadah semata wujud ketaatan pada-Nya, Allah Maha Kaya untuk memberikan balasan terbaik.

Barokallah, Mamakku sayang. Doa-doa Mamak sangat kami harapkan.

Friday, May 20, 2016

Menjalani Dengan Tenang

Rabu dari pagi sore, Umi terkapar tidak bisa bangun dari tempat tidur kecuali untuk sholat, sampai-sampai tidak bisa menemani ibu-ibu pengajian dengan tausiyah. Padahal tiket bis ke Jogja sudah dipesan oleh teman.

"Piye iki? Aku tepar?" Umi wa ke beliau, khawatir tak sesuai rencana.

"Semoga cepat sehat, kalau jadi berangkat, tolong kabari."

"Keputusannya besok pagi, semoga kuat, trims doanya."

***
Pagi harinya.

"Gimana, Bi?"

"Umi yang bisa ngukur kekuatan badan."

Haish! Jawaban Abi, isyarat tidak bertanggung jawab sepenuhnya 😃😃😃.

"Bismillah! Berangkat!" mantap banget Umi memutuskan.

Apakah karena saya yakin kuat?

Tidak juga, tapi dengan segala pertimbangan dan harapan, Allah memudahkan segala urusan.
***

Harish pulang sekolah di antar bu guru, badannya hangat.

"Umi, Harish takut meninggal."

Apa lagi ini? Membuat hati sedikit goyah.

"Semua kita juga akan meninggal, insyaallah Harish nggak meninggal sekarang, aamiin."

Umi peluk Harish, tak dapat ditahan, titik air mata menyembul satu-satu, tapi segera dialihkan.

"Bismillah, Umi meninggalnya kalau sudah kayak Mbah, ya?" Harish meneruskan celotehnya.  Ya Allah, apa ini bentuk kekhawatirannya?

"Insyaallah Umi dipanjangkan umur seperti Mbah."

Aih! Harish bikin hati terharu.

*** 
Abi dan anak-anak, kelihatan khawatir, tapi semua bergerak cepat menyiapkan bawaan Umi.

Abi yang sudah pengalaman perjalanan jauh  dengan bis, banyak banget wanti-wantinya. Bawa selimut! Idih! Ogah!  Bawa jaket dua, topi untuk menahan ac, juga masker.

Yaaaah, begini deh, kalau pergi nggak didampingi terapis pribadi. Belum lagi persiapan herbalnya, ada berapa macam. Ck ck ck.

Alhamdulillah, sampai tujuan dengan selamat dan sehat. Walaupun bolak-balik sepanjang jaln di sms, wa, telpon, menanyakan kondisi kesehatan Umi. Belum lagi anak, baru berapa menit sudah sms, kangen.

Ha ha ha, gini deh, kalau Umi yang pergi.

Heran! Biasanya, kondisi seperti kemarin, paling nggak dua tiga hari baru pulih, Alhamdulillah, dengan menata dan menenangkan hati juga dibantu doa orang-orang yang menyayangi, Allah beri kemudahan selama perjalanan. Semoga terus dimudahkan dalam menyelesaikan segala urusan, aamiin.

Sunday, May 15, 2016

Sukai, Kuasai, Alami

Bicara tentang yang kita sukai, kuasai dan merupakan pengalaman sendiri, maka akan mengalir lancar.

Tanpa persiapan pun, tak masalah.

Bicara dikalangan apa pun, oke saja.

Apalagi kalau yang kita bicarakan itu sudah kita tuliskan, wah, ditodong di tempat pun, ya maju saja.

Begitulah yang sering saya alami.

Saya percaya diri membicarakan sesuatu yang nyata terjadi, tanpa takut bertentangan dengan teori, karena, setahu saya, teori muncul setelah mengalami rangkaian penelitian yang di dalamnya ada perlakuan atau kumpulan empiris. Jadi, kalau ada yang bertentangan dengan teori, justru yang dipertanyakan adalah kevalidan teorinya, ha ha ha. #bercanda.

Sore tadi, saya diminta untuk bicara masalah parenting di perkumpulan lingkungan RT 08 Gunung Terang, Langkapura.
Sekitar 50an orang ibu-ibu tua maupun muda hadir. Alhamdulillah, kegiatan kemasyarakatan masih marak di daerah ini.

Ya sudah, bicaralah saya dengan senang hati, harapannya, sedikit apa yang saya lakukan sore ini memotivasi para ibu yang hadir untuk terus meningkatkan peran dan kualitasnya dalam menunaikan amanah yang diembannya.

Saturday, May 14, 2016

Puncak Kesibukan Pekan Ini

Tema pekan ini: Aspetri.

Sebenarnya sudah sebulan direncanakan, dipersiapkan dan puncaknya hari ini, Pelatihan dan Pembekalan Anggota Baru Aspetri Lampung.

Peserta bukan orang-orang baru dalam dunia pengobatan herbal, bahkan hebat di bidangnya. Ada yang lulusan S3, S2, S1, dan jenjang pendidikan lainnya.

Sebagian lain praktisi pengobatan tradisional dan komplementer.

Perekrutan anggota lebih pada upaya menghimpun potensi yang sudah ada untuk saling mengisi dan siapa-siapa yang tertarik dan cinta pada dunia pengobatan herbal.

Yang keren, panitia sekaligus pengurus daerah, bukanlah orang-orang muda yang lincah dan bertenaga besar, tapi orang-orang yang cukup berumur dan sibuk dengan tanggung jawabnya masing-masing. Barokallah, semoga lelah kita terhitung sebagai ibadah di hadapan-Nya, aamiin.

Terima kasih untuk semua yang berpartisipasi dalam acara ini, semoga keberkahan meliputi perjalanan kita ke depan dalam mengembangkan potensi SDA dan SDM di bidang herbal.